Custom Search

Mengenang Sisingamangaraja XII, Seminari Pematang Siantar Gelar Opera


Pementasan opera Batak mengenang pahlawan nasional Sisingamangaraja XII akan digelar di Taman Ismail Marzuki pada 6 dan 7 Juli 2012 mendatang. Adalah seminari menengah Pematang Siantar sebagai penyelenggara acara tersebut.

Uskup Emeritus Keuskupan Agung Medan, Mgr Pius Datubara mengatakan Sisingamangaraja XII adalah raja semua orang Batak dan sangat dihormati. Selain itu sosok Sisingamangaraja XII telah menjadi milik semua orang Batak dan milik bangsa Indonesia juga.

"Dan untuk tidak melupakan partisipasi bangsa Batak untuk perjuangan nasional, Seminari Pematang Siantar akan mementaskan Opera Batak tanggal 6 dan 7 Juli 2012," ujarnya, Senin(30/4/2012).

Opera itu kata Mgr Pius digelar sebagai wujud melestarikan budaya Batak dan tidak melupakan jasa pahlawan. Dalam pementasan ini akan hadir pula bintang tamu seperti Nai Malvinas dan Once (eks vokalis DEWA 19), ada pula Nano Riantiarno dan Ratna Riantiarno.

Sutradara opera, Sultan Saragih menjelaskan alur cerita bahwa pertempuran telah terjadi di Butar –Silangkitang, Bahal Batu, bahkan pasukan Belanda semakin bertambah jumlahnya mendesak hingga ke Huta Ginjang. Pasukan meriam Belanda di bawah Kapten Hans Christoffel, yang menggantikan Letnan Spandow berhasil menghancurkan Huta Gurgur dan kini telah menjejakkan kaki di wilayah Balige.





Sisingamangaraja XII memanggil Raja Bius dan Datu Salenggam Banua untuk mengadakan ritual, memanjatkan doa, memohon kekuatan dan petunjuk kepada Ompung Debata Mulajadi Na Bolon sebab Bakkara tidak lagi dapat dipertahankan. Sisingamangaraja XII mengatur siasat, dengan memulai strategi perlawanan baru, perang gerilya.

"Satu kelompok pasukan dari Bakkara menuju Pangururan (marluga, membawa sampan), menuju Hariara Pintu, sebagian lagi mengambil langkah memasuki Sigaol, Pasir Babana, hingga Onan Balige, lalu pasukan berikutnya menyisir ke Tarabunga, Dolok Tolong hingga Aek Sihail hail, Aek Bolon (kelak terdesak hingga perjalanan ke Aek Sibulbulon, hutan Si Onom Hudon, Pak Pak) Opung So Mahap Doli dan Opung So Mahap Boru, dua pengkhianat yang sering memberikan informasi kepada Raja Pangalintas, yang bekerja sama dengan pasukan Belanda bersembunyi di Hutan," kisahnya.

Sultan menjelaskan, perasaan pasukan Belanda selalu ketakutan dan was-was sebab telah lama dicari-cari oleh pejuang setia Raja Sisingamangaraja XII, Opung Jumorlang dan Sarbut Mataniari. Namun, nasib tak dapat dihindari, mereka berhasil ditemukan.

"Pada saat yang lain, di Kantor Kompeni, Balige, Kapten Hans Christoper memerintahkan kepada Raja Pangalintas dan Angin (keduanya pengkhianat yang mendapat kekayaan berlimpah dari Belanda) untuk membujuk para tawanan agar memberitahukan keberadaan Raja Sisingamangaraja XII." jelasnya.

Namun, tawanan pun tak pernah berhasil dibujuk. Mereka antara lain, Raja Sijorat, Opung Jumorlang, Sarbut Mataniari, Raja Bius. Sedangkan, Jehe takluk di atas todongan senapan.

Sementara itu, pasukan Raja Sisingamaraja XII terus terdesak dalam gerilya dan pengungsian hingga ke Aek Sibulbulon, hutan Si Onom Hudon, Pak Pak. Serbuan Belanda terus-menerus menggempur kampung demi kampung.

Dijelaskan, dalam rombongan pengungsian, tanpa sengaja Boru Lopian meninggalkan pakaian yang menjadi petunjuk awal keberadaan Raja Sisimangaraja XII. Kapten Hans Christoffel segera melakukan siasat pengepungan.

Ditegaskannya, tragedi besar penangkapan Raja Batak selesai dengan pengepungan hutan dan menghujamnya peluru Hamisi ke tubuh Raja Sisimangaraja XII. Patuan Nagari dan Patuan Anggi ikut gugur dalam pertempuran tersebut. Setelah memeluk puteri kesayangannya, Si Boru Lopian.

"Perjuangan berakhir ditandai dengan satu ucapan lantang di tengah tengah pasukan Belanda , “Ahu Sisimangaraja”. Aku tak kan gentar atau lari dari jalan hidupku, membebaskan Tanah Batak dari cengkeraman kekuasaan dan perbudakan kompeni Belanda," ujarnya.

TRIBUNNEWS



Followers